Pengertian Huruf
Bahasa tulis merupakan salah satu indikator yang membedakan antara masa awal
sejarah dan
prasejarah. Perkembangan bahasa tulis bermula sejak sebelum
Masehi, di mana awalnya manusia menggunakan
gambar untuk berkomunikasi. Bangsa
Afrika dan
Eropa mengawalinya pada tahun 3500-4000 sebelum Masehi dengan membuat
lukisan di dinding gua.
Perkembangan cara berkomunikasi melalui
tanda dan
gambar berkembang terus. Sekitar tahun 3100 SM, bangsa Mesir menggunakan
piktogram sebagai simbol-simbol yang menggambarkan sebuah objek. Komunikasi dengan menggunakan gambar berkembang dari
piktogram hingga
ideograf, berupa simbol-simbol yang merepresentasikan gagasan yang lebih kompleks serta konsep abstrak yang lain.
Perpindahan yang mendasar dari
gambar dan tanda yang dibunyikan (
piktogram,
ideograf – menunjukan benda serta gagasan) hingga bahasa tulisan yang dapat dibunyikan dan memiliki arti (
Fonograf
– setiap tanda atau huruf menandakan bunyi) dapat disaksikan pada
sistem alfabet Phoenician pertama yang diperkenalkan pada tahun 1300
sebelum Masehi. Alfabet ini terdiri dari 23 simbol yang sangat sederhana
dan terbatas hanya sebagai perwakilan unsur bunyi. Sebagai contoh,
huruf pertama dari
alfabet Phoenician berupa gambar sederhana dari kepala banteng, yang dalam bahasa mereka disebut
Aleph, dan yang kemudian kata ini mewakili bunyi dari huruf ‘A’.
Bangsa
Yunani kemudian mengadaptasi
sistem alfabet ini ke dalam struktur
anatomi huruf yang lebih teratur dengan menerapkan bentuk-bentuk
geometris. Perkembangan yang terpenting dari sistem alfabet ini adalah penerapan pola membaca dari arah kiri ke kanan (Alfabet
Phoenician dari kanan ke kiri). Istilah Alfabet berasal dari singkatan 2 huruf pertama dalam sistem alfabet Yunani, yaitu
Alfa dan
Beta.
Sistem alfabet kemudian terus berkembang hingga akhirnya bangsa Romawi
menyempurnakan ke dalam bentuk huruf yang sebagaimana kita kenal dan
gunakan sekarang.
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
Huruf
Roman atau yang sering kita sebut sebagai
huruf latin memiliki jumlah 26 huruf yang diterapkan sejak abad pertengahan dan digunakan sebagai alfabet dalam bahasa Inggris kontemporer.
Manusia telah mengupayakan berbagai cara terbaik untuk dapat
berkomunikasi lewat tulisan, melalui penggunaan berbagai perangkat dan
media. Sejak masa prasejarah, lukisan dinding di gua ditorehkan dengan
arang dan piktogram dibuat di atas kepingan tanah liat, hingga bangsa
Mesir akhirnya menemukan kertas yang terbuat dari tanaman
papyrus. Bangsa
Cina] memberi kontribusi yang penting dicatat yaitu pada tahun 105, dengan hadirnya
Ts’ai Lun
seorang ahli pembuat kertas. Sebelumnya mereka menulis di atas selembar
katun dengan menggunakan pena bambu, baru pada abad ke 7 bangsa
Cina menemukan teknik cetak timbul dengan menggunakan tinta.
Penemuan mesin cetak dengan sistem
movable type pada tahun
1450 oleh
Johann Gensfleisch Gutenberg dari
Jerman,
telah membawa banyak perubahan yang pesat dalam sejarah tipografi,
terutama dalam teknik pencetakan, pengukuran serta produksi.
Melalui sistem dan subsistem yang kompleks, Johann Gutenberg
mengembangkan teknik cetak yang dibuat di atas permukaan bahan metal
yang diukir (engraving). Setiap huruf, angka, tanda baca, serta
ruang vertikal dan horizontal yang terdapat di antara huruf-huruf
dibentuk satu per satu. Guna mencapai akurasi serta mempercepat proses
kerja pada saat pencetakan di atas kertas, Gutenberg memerlukan hampir
50.000 blok metal yang terdiri dari berbagai macam jenis huruf (metal type).
Pencetakan dengan
movable type digunakan hampir selama 40000 tahun dengan berbagai macam penyempurnaan terhadap sistem yang telah diciptakan oleh
Johann Gutenberg. Pada tahun
1886,
Ottmarr Mergenthaler, dari
Jerman menemukan mesin
typecasting yang cara kerjanya adalah dengan memasang sejumlah huruf yang disusun per baris (
linecasting). Mesin temuan Mergenthaler ini disebut dengan Linotype, yang berasal dari kata “
Line of Type”. Mesin teknologi cetak tinggi ini masih digunakan sampai saat ini.
Generasi selanjutnya dari teknologi
typecasting adalah
phototypesetting yang menggunakan proses
film sebelum naskah ditransfer ke lempeng cetakan. Mesin
phototypesetting yang menggunakan proses film sebelum naskah di transfer ke lempeng cetakan. Mesin
phototypesetting dari
Intertype Fotosetter yang dibuat oleh
Herman Freud,
dikeluarkan pada tahun 1946 di Jerman. Teknologi yang dikenal dengan
istilah cetak datar atau offset ini jauh lebih murah dan efisien bila
dibandingkan dengan typecasting yang sebagian besar pekerjaan masih
dilakukan dengan tangan.
Teknik pra-cetak analog yang menggunakan lempengan (
plate)
sedikit demi sedikit mulai tergeser oleh teknik pra-cetak digital
(digital pre-press). Sedangkan perambahan teknologi digital dalam dunia
tipografi dimulai pada tahun 1973 oleh perusahaan URW dari Hamburg,
Jerman, dengan produknya yang bernama
IKARUS. Teknologi ini berfungsi untuk membuat huruf digital sehingga dapat digunakan dalam sistem komputer.
Kemajuan teknologi selanjutnya terjadi pada tahun 1984 ketika Adobe System merilis
PostScript Font dan di tahun 1991
Apple Computer dan
Microsoft Corporation mengeluarkan
TrueType Font.
PostScript Font dan
TrueType Font adalah huruf elektronik atau yang disebut font.
Hadirnya beragam jenis personal komputer dan perangkat lunak yang
semakin canggih, serta ditambah dengan meningkatnya apresiasi dari para
perancang grafis dan masyarakat umum, merupakan penyebab terjadinya
lonjakan kebutuhan terhadap huruf digital.
Sejak akhir tahun delapan-puluhan, para perancang huruf (type
designers) di berbagai negara seperti di Amerika, Jerman, Rusia, Swiss,
dan Jepang, telah menggunakan teknologi komputer sebagai perangkat kerja
utama mereka. Kontribusi perancangan huruf digital bukan hanya berasal
dari perorangan saja, karena saat ini banyak sekali ditemukan
perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bisnis perancangan serta
produksi huruf digital (Type Foundry) seperti
Emigre. Font Bureau, T-26 dan
Agfa yang beroperasi di
Amerika, serta
Linotype-Hell AG, di Jerman.
Segi Rupa Huruf
Setiap bentuk huruf dalam sebuah alfabet memiliki keunikan fisik
yang menyebabkan mata kita dapat membedakan antara huruf ‘m’ dengan ‘p’
atau ‘C’ dengan ‘Q’. Sekelompok pakar psikologi dari Jerman dan Austria
pada tahun 1900 memformulasikan sebuah teori yang dikenal dengan teori Gestalt. Teori ini berbasis pada ‘pattern seeking’
dalam perilaku manusia. Salah satu hukum persepsi dari teori ini
membuktikan bahwa untuk mengenal atau ‘membaca’ sebuah gambar diperlukan
adanya kontras antara ruang positif yang disebut dengan figure dan
ruang negative yang disebut dengan ground.
Anatomi Huruf
Langkah awal untuk mempelajari tipografi adalah mengenali atau
memahami anatomi huruf. Gabungan seluruh komponen dari suatu huruf
merupakan identifikasi visual yang dapat membedakan antar huruf yang
satu dengan yang lain. Apabila kita telah memahami anatomi huruf secara
baik, dengan mudah kita dapat mengenal sifat dan karakteristik dari
setiap jenis huruf. Berikut adalah terminologi yang umum digunakan dalam
penamaan setiap komponen visual yang terstruktur dalam fisik huruf.
Setiap individu huruf, angka, dan tanda baca dalam tipografi
disebut sebagai character. Seluruh character secara optis rata dengan
baseline. Tinggi dari badan huruf kecil secara optis rata dengan
x-height. Setiap character apakah huruf besar atau kecil memiliki batang
(stem) yang pada bagian ujung-ujungnya dapat ditemukan beberapa garis
akhir sebagai penutup yang disebut terminal.
Pada dasarnya setiap huruf terdiri dari kombinasi berbagai guratan
garis (strokes) yang terbagi menjadi dua, yaitu guratan garis dasar
(basic stroke) dan guratan garis sekunder (secondary stroke)
Apabila ditinjau dari sudut geometri, maka garis dasar yang
mendominasi struktur huruf dalam alfabet dapat dibagi menjadi 4 kelompok
besar, yaitu:
- kelompok garis tegak-datar; EFHIL
- kelompok garis tegak-miring; AKMNVZXYW
- kelompok garis tegak-lengkung; BDGJPRU
- kelompok garis lengkung; COQS
Huruf memiliki dua ruang dasar bila ditinjau dalam hukum persepsi dari teori
Gestalt,
yaitu figure dan ground. Apabila kita menelaah keberadaan ruang negatif
dari seluruh huruf maka secara garis besar dapat dipecah menjadi tiga
kelompok, yaitu:
- Ruang negatif bersudut lengkung; BCDGOPQRSU
- Ruang negatif bersudut persegi-empat, EFHILT
- Ruang negatif bersudut persegi-tiga, AKMNVWXYZ
- Perhitungan tinggi fisik huruf memiliki azas optikal-matematis,
dalam pengertian bahwa dalam perhitungan angka, beberapa huruf dalam
alfabet memiliki tinggi yang berbeda-beda, namun secara optis
keseluruhan huruf tersebut terlihat sama tinggi. Huruf yang memiliki
bentuk lengkung dan segitiga lancip pada bagian teratas atau terbawah
dari badan huruf akan memiliki bidang lebih dibandingkan dengan huruf
yang memiliki bentuk datar. Apabila beberapa huruf tersebut dicetak
secara berdampingan akan tercapai kesamaan tinggi secara optis.
Sistem Pengukuran
Apabila kita perhatikan susunan huruf-huruf pada sebuah naskah
dalam majalah, buku atau pun brosur, maka akan terlihat bahwa susunan
dari huruf-huruf tersebut memiliki suatu disiplin dalam pengukuran dan
proporsi. Hal tersebut biasanya mencakup pengukuran tinggi huruf,
panjang baris huruf, jarak antara huruf yang satu dengan yang lain,
serta jarak antarbaris.
Tiga dasar sistem pengukuran dalam tipografi adalah:
point (biasa disingkat dengan pt),
pica
(dibaca: paika), dan unit. Point digunakan untuk mengukur tinggi huruf,
sedangkan pica digunakan untuk mengukur panjang baris. Pengukuran dari
lebar persatuan huruf serta jarak antar huruf dihitung dengan satuan
unit. Perhitungan unit hanya digunakan dalam proses yang menggunakan
teknologi phototypesetting dan digital composition – teknologi yang
digunakan untuk pengetikan dan pencetakan huruf agar dapat mendapatkan
hasil cetak yang tajam dan presisi. Pada tahun 1737, Pierre Fournier,
seorang pembuat huruf (type founder) dari Paris menemukan sistem
pengukuran huruf dalam satuan point. Sistem pengukuran huruf yang lain
diperkenalkan 40 tahun kemudian oleh Francois Ambroise Didot dari
Perancis. Acuan yang dipakai sekarang adalah sistem
Anglo-Saxon
dengan perhitungan 72 pt setara dengan 1 inch atau 2,539 cm. Sistem
pengukuran tipografi tersebut berawal dari teknik cetak movable type
yang pada perkembangan berikutnya diciptakan standardisasi pengukuran
dan satuannya. Untuk lebih memperjelas gambaran terhadap sistem
pengukuran huruf, kita dapat melihat gambar potongan metal type berikut
ini.:
Blok metal ini memiliki bidang permukaan cetak pada bagian teratas.
Keseluruhan dari blok metal ini disebut sebagai body dan permukaan
cetak disebut sebagai face. Lebar dari body adalah set-width, yang
memiliki berbagai macam ukuran tergantung kepada lebarnya masing-masing
huruf. Kedalaman dari body adalah dimensi yang dipakai untuk mengukur
tinggi huruf yang disebut body size. Satuan pengukuran yang dipakai
untuk mengukur tinggi huruf adalah point. Satu hal yang perlu diingat
bahwa acuan pengukuran tinggi sebah huruf bukan dihitung dari tinggi
huruf yang telah tercetak namun dihitung dari kedalaman dari body size.
Sebagai gambaran, 10 pt kedalaman dari body size akan menghasilkan huruf
setinggi 10 pt.
x-height bukan merupakan sistem pengukuran huruf, namun besar
kecilnya x-height dapat memengaruhi tinggi huruf secara visual. Di
samping itu, perbedaan jenis huruf serta proporsi antara x-height dan
body size memiliki pengaruh terhadap ukuran ascender dan descender.
Besar kecilnya x-height memiliki pengaruh terhadap jumlah huruf yang
dapat terakomodasi dalam satu baris. Untuk mendapatkan gambaran lebih
jelas,
berikut adalah contoh perbandingan dari tiga jenis huruf yang dicetak dalam ukuran 10 pt dan 54 pt :
Spasi adalah berupa interval antar elemen tipografi yang mencakup:
jarak antar huruf atau yang disebut kerning, jarak antar kata atau yang
disebut word spacing dan jarak antarbaris atau yang disebut leading
(dibaca:leding). Teknik tradisional yang digunakan untuk pengukuran
ruang jarak antar kata adalah penyisipan potongan metal yang diletakkan
di antara huruf yang satu dan yang lain. Potongan metal ini disebut
quad. Sebuah quad berbentuk persegi empat yang merupakan kotak sebesar
ukuran huruf. Quad memiliki satuan yang disebut sebagai em. Ukuran
setengah dari em adalah en. Apabila huruf dengan ukuran 10 pt maka
em-quad-nya berukuran 10 pt x 10 pt. Untuk memperjelas gambaran tentang
teknik tradisional ini, berikut adalah contoh gambar sebuah em-quad.
Pengukuran jarak antarhuruf (kerning) dalam phototypesetting dan
digital composition dihitung dengan sistem unit. Sistem ini tidak
memiliki acuan pengukuran yang tetap, dalam pengertian bahwa unit
memilikinilai yang berbeda-beda tergantung kepada sistem yang digunakan.
Em berupa kotak seukuran besarnya huruf, kemudian bila kotak ini dibagi
menjadi beberapa segmen yang sama besar, maka setiap segmen ini disebut
sebagai unit. Sebuah huruf ‘U’ dapat memiliki lebar 12 unit, sementara
huruf ‘t’ dapat memiliki lebar 12 unit, sementara huruf ‘t’ dapat
memiliki lebar 6 unit.
Pengukuran jarak antarbaris (leading) dihitung dengan menggunakan
satuan point. Teknik tradisional memakai lembaran metal yang disisipkan
di antara baris. Lembaran metal ini memiliki ketebalan yang beragam.
Keluarga Huruf
Keluarga huruf terdiri atas berbagai kembangan yang berakar dari
struktur bentuk dasar (regular) sebuah alfabet dan setiap perubahan
berat huruf masih memiliki kesinambungan bentuk. Perbedaan tampilan yang
pokok dalam keluarga huruf dibagi menjadi tiga bentuk pengembangan,
yaitu: berat, proporsi, dan kemiringan.
Perubahan berat dari struktur bentuk dasar huruf terletak pada
perbandingan antara tinggi dari huruf yang tercetak dengan lebar stroke.
Bila ditinjau dari berat huruf, maka anggota dari keluarga huruf ini
dapat dibagi menjadi tiga kelompok pokok, yaitu: light, regular, dan
bold. Setiap anggota keluarga huruf baik light, regular, dan bold
memiliki kesamaan ciri fisik, namun dengan tampilnya perbedaan berat
dapat memberikan dampak visual yang berbeda. Seperti contoh, huruf bold
karena ketebalannya memiliki potensi yang kuat dalam menarik perhatian
mata. Biasanya kelompok huruf bold ini banyak sekali digunakan untuk
judul (headline) sebuah naskah, baik untuk iklan, poster, maupun media
terapan lainnya. Berikut adalah tabel perbandingan antara tinggi dari
huruf yang tercetak dengan lebar stroke dari huruf tersebut:
Perbandingan antara tinggi huruf yang tercetak dengan lebar dari
huruf itu sendiri dapat dibagi menjadi tiga kelompok bila ditinjau dari
perbandingan proporsi terhadap bentuk dasar huruf tersebut. Pembagiannya
adalah condense, regular, dan extended. Berikut adalah tabel proporsi
yang ideal antara tinggi huruf yang tercetak dengan lebar huruf itu
sendiri:
Huruf yang tercetak miring dalam terminologi tipografi disebut
italic. Huruf italic ini biasanya digunakan untuk memberikan penekanan
pada sebuah kata. Di samping itu, huruf-huruf ini juga dipakai untuk
menunjukkan istilah atau kata yang berasal dari bahasa asing. Umumnya,
huruf italic digunakan untuk teks dalam jumlah yang tidak terlalu
panjang, seperti untuk keterangan gambar (caption), highlight dari
naskah (copy blurb) serta kadang juga digunakan sebagai headline atau
sub-head. Apabila kita perhatikan secara seksama, huruf italic dirancang
dengan sudut kemiringan tertentu untuk mencapai toleransi terhadap
kenyamanan mata kita dalam membacanya. Sudut kemiringan yang terbaik
adalah 12 derajat. Mata kita akan sukar mengidentifikasikan huruf italic
apabila sudut kemiringan lebih besar dari 12 derajat, akan memengaruhi
keseimbangan bentuk huruf.
Setiap alfabet memiliki berbagai character yang terdiri dari huruf
besar atau yang disebut uppercase (sering juga disebut dengan capitals
atau caps) dan huruf kecil atau yang disebut lowercase. Istilah ini
berasal dari subsistem teknologi mesin cetak yang awalnya ditemukan oleh
Johan Gutenburg. Pada masa itu cetakan huruf yang berupa
potongan-potongan blok metal disimpan dalam sebuah kotak yang disebut
dengan type case. Huruf besar disimpan di dalam kotak pada bagian atas
(upper case), sedangkan huruf kecil diletakkan pada bagian bawah dari
kotak (lower case). Kelengkapan character dalam sebuah alfabet (set
character) biasanya memiliki uppercase yang berjumlah 26 dan lowercase
dalam jumlah yang sama. Selain uppercase dan lowercase masih terdapat
berbagai jenis character yang melengkapi sebuah alfabet. Sebagai
catatan, setiap jenis huruf digital memiliki jumlah character yang
berbeda-beda, hal ini tergantung pada seberapa banyak si perancang huruf
mendesain jumlah character. Satu set characters yang lengkap biasanya
terdiri dari lebih 200 jenis character. Penambahan character seperti
ligatures disebut sebagai expert set characters.
Berikut adalah jenis-jenis character tambahan selain upper case dan lower case.
- Ligatures, Dua buah character atau lebih yang digabungkan menjadi satu kesatuan unit. Seperti; fi, fl, Æ, æ, Œ
- Modern Figures, Angka-angka yang memiliki ketinggian yang sama dengan upper case. Modern figures sering juga disebut sebagai lining figures.
- Old Style Figures, Angka-angka yang memiliki ketinggian yang sama dengan meanline dari lower case.
- Foreign Accents, Character yang melengkapi sebuah set
characters dalam sebuah bahasa tertentu, seperti beberapa tanda baca
atau huruf2 tertentu, seperti beberapa tanda baca atau huruf-huruf
tertentu seperti yang terdapat dalam bahasa Jerman atau Prancis.
- Small Caps, Upper case yang memiliki tinggi yang sama dengan lower case (x-height).
- Fractions, Angka-angka pecahan
- Punctuation Marks, Tanda-tanda baca
Klasifikasi Huruf
Sering timbul pertanyaan yang dikaitkan dengan keberadaan ragam
jenis bentuk huruf digital yang hampir atau bahkan tidak memiliki
korelasi dengan konvensi klasifikasi huruf yang telah ada. Hal ini
sebaiknya diabaikan, mengingat klasifikasi huruf terakhir ditandai
dengan tonggak sejarah kelahiran huruf Helvetica pada tahun 1957. Untuk
lebih singkatnya, klasifikasi huruf dibuat berdasarkan atas latar
belakang sejarah perkembangan tipografi yang diambil dari
momentum-momentum penting dalam perjalanan sejarah penciptan dan
pengembangan bentuk huruf. Walaupun saat ini lahir beragam jenis bentuk
huruf, dunia tipografi sekarang masih banyak mengangkat jenis
huruf-huruf lama, seperti Bodoni, Century, ataupun Garamond yang
direproduksi serta dimodifikasi dengan teknologi digital. Huruf-huruf
lama yang direproduksi kembali (revival type) oleh type foundry biasanya
dimodifikasi dengan desain yang berbeda. Selain perbedaan desain,
kadang ditemui juga perbedaan ukuran x-height. Untuk mengenali
perusahaan mana yang mereproduksi dapat dilihat dari kode yang tertulis
di muka nama jenis huruf, seperti A Garamond (‘A’ berarti Adobe) atau
ITC Century (‘ITC’ berarti International Type Corporation). Seperti
halnya perbedaan desain, juga ditemukan perbedaan nama, seperti huruf
Helvetica dinamakan juga Switzerland, Claro, Vega ataupun Newton.
Penamaan ini tergantung kepada perusahaan mana yang mereproduksi
huruf-huruf tersebut. Perbedaan standardisasi ini dapat menimbulkan
masalah dalam produksi desain cetak. Untuk menghindari hal tersebut,
sebaiknya pada saat data di-serahkan kepada biro separasi film, jangan
lupa untuk menyertakan jenis-jenis huruf yang digunakan.
Berikut adalah pengelompokan yang dibuat sesuai dengan urutan waktu pembuatan beserta salah satu contoh hurufnya:
- Old style (Garamond, 1617)
- Transitional (Baskerville, 1757)
- Modern (Bodoni, 1788)
- Egyptian/Slab Serif (Century Expanded, 1895)
- Sans Serif (Helvetica, 1957)
- Display/Script (Copperplate)
Me-Render Huruf
Ketika kita bekerja dengan huruf entah itu untuk percetakan atau
online publishing, komputer yang akan menjadi mediumnya, dimana kita
akan mengumpulkan materi dan mengerjakan konsep dan desain yang akan
dibuat. Oleh karena itu kebutuhan akan pengetahuan grafis pada tampilan
layar dan reproduksi grafis sangat dibutuhkan untuk mendapatkan final
output yang terlihat oleh target audiens sesuai seperti apa yang kita
harapkan.
Dalam Tampilan layar monitor atau pun cetak digital, teks di render
oleh ribuan kumpulan grid mosaik berwarna berbentuk seperti titik yang
disebut pixel untuk membuat sebuah bentuk yang diinginkan. Susunan
bentuk grid inilah yang disebut dengan Bitmap. Bitmap sangat intensif
terhadap memory, sebuah file harus mengandung informasi tentang warna
dan posisi dalam sebuah halaman di setiap pixelnya. Ketika sebuah gambar
bitmap di perbesar, software hanya bisa memperbesar bentuk pixel pada
gambar tersebut, sehingga memengaruhi pixel asli dari gambar tersebut
dan bagian pixel yang kecil dan bergerigi akan menjadi terlihat besar
dan menjadikan gambar terlihat lebih bergerigi.
Vektor mendeskripsikan sebuah bentuk sebagai sebuah garis seperti
garis lurus atau garis melengkung yang saling menyatu dengan titik yang
telah ditentukan. Garis-garis tersebut (vektor) di rekam dalam bentuk
file sebagai formula matematika. Dan kemudian garis yang telah terbentuk
di isi oleh pixel. Vektor sangat baik untuk kualitas pengskalaan,
ketika sebuah gambar vektor diperbesar, posisi kordinat titik vektor di
susun ulang dengan dikontrol oleh formula matematika agar garis lurus
dan lengkung pada titik-titik tersebut tetap konstan, dan bentuk baru
ini kemudian di isi oleh pixel sesuai dengan bentuk dari vektor tersebut
tanpa ada cacat pixel. File gambar vektor memakan memory lebih kecil
dibandingkan dengan file bitmap. Menggambar dengan vektor sangat efisien
akan tetapi bagaimanapun juga gambar vektor ini ketika bertemu dengan
layar monitor harus di render sebagai titik-titik matrix atau dengan
kata lain garis vektor harus di konversi kedalam bentuk bitmap.
Informasi garis vektor di konversi menjadi bitmap untuk dicetak, bedanya
bitmap yang akan dicetak ini memiliki resolusi yang tinggi.
Huruf dan Layar Komputer
Gambar dihadirkan di layar komputer oleh kumpulan titik-titik
berwarna yang disusun dalam grid yang rapat yang dinamakan pixel,
kualitas on-screen rendering dari huruf digital dihambat oleh kecilnya
resolusi dari layar komputer yaitu, 72 pixel per inch (ppi) di layar
Macintosh dan 96 ppi di layar PC. Ukuran huruf yang kecil akan tampil
buruk dilayar dan sangat mengganggu dan masalahnya huruf berukuran kecil
sering digunakan dalam penkerjaan desktop publishing. Ukuran resolusi
yang rendah dari layar komputer tidak bisa menghadirkan detail yang
baik, sehingga ketika huruf berukuran kecil di raster dan disesuaikan
dengan grid pixel, detail dengan ukuran lebih kecil dari 1 pixel harus
dibesarkan atau dihilangkan, ini menyebabkan fitur seperti ketebalan
stroke atau serif menjadi tidak konsisten atau mungkin menjadi hilang
dan akhirnya membentuk huruf dan ruang yang tidak baik. Beberapa teknik
diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut, teknik tersebut
dinamakan Hinting, font-font yang berkualitas tinggi telah melewati
proses ini dan mengandung informasi hinting. Saat meraster, software
mengusahakan untuk meratakan outline gambar terhadap grid pixel, hanya
pixel yang jatuh di outline gambar yang digunakan secara normal. Jika
terdapat sedikit pixel untuk menghadirkan huruf berukuran kecil dengan
benar, perintah hinting digunakan untuk membuat penyesuaian yang akan
memberikan bentuk yang lebih baik secara optis.
Huruf dan Media Cetak
Untuk melihat detail font dengan jelas bisa di capai dengan
mencetaknya di atas kertas, mesin cetak menggunakan titik kecil hitam
atau berwarna untuk membentuk sebuah gambar. Jumlah dot per inch (dpi) /
titik per inci sangatlah jauh lebih baik dibandingkan layar komputer
dan oleh sebab itu gambar yang lebih detail bisa dibentuk. Kebanyakan
mesin cetak inkjet atau laserjet memiliki output resolusi 300 hingga 600
dpi, dan bahkan imagesetter memiliki output resolusi hingga 3000 dpi.
Saat ini mesin cetak inkjet dan laserjet sudah bisa menghasilkan
kualitas cetak yang sangat baik, tetapi jika diteliti lebih dekat akan
terlihat formasi titik-titik yang membentuk area gambar, mesin cetak
tersebut tetap memiliki keterbatasan resolusi, pembentukan gradasi dan
warna. Secara kontras, titik-titik yang digunakan oleh imagesetter
sangatlah kecil hingga sulit dideteksi oleh visual, sehingga sudut-sudut
pada gambar dan huruf terlihat sempurna.
Adalah bahasa deskripsi halaman yang dipatenkan oleh Adobe.
Mengkonversi informasi vektor menjadi bitmap beresolusi tinggi untuk
rendering berkualitas tinggi. Adobe Type Manager (ATM) menggunakan
postscript untuk menghasilkan bitmap superior dari outline di pencitraan
layar komputer.
Titik-titik mikroskopik dari tinta disemprotkan ke atas kertas
dengan resolusi 300 hingga 1500 dpi. Dengan keterbatasan resolusi dan
kualitas kertas banyak mesin cetak inkjet murahan tidak mampu
memaksimalkan postscript hingga tidak bisa merender bentuk huruf dengan
tepat. Tapi inkjet-inkjet keluaran terbaru yang dilengkapi oleh
postscript atau postscript simulation bisa menghasilkan output yang
sangat baik.
Kebanyakan Laser Printer sudah dilengkapi oleh software postscript,
yang akan bisa dengan baik menerjemahkan bentuk huruf dan pengaturan
jarak dengan akurat, walaupun mereka membuat tampilan yang ‘crisp’,
laser printer mengalami hambatan ketika ukuran ukuran gambar yang akan
di cetak kecil. Karena partikel dari bubuk toner digunakan untuk membuat
gambar lebih lebih kecil dan huruf-huruf berstroke tipis tampil lebih
tebal ketika tercetak.
Imagesetter berbasis postscript, dengan menggunakan cermin putar
dan sinar laser, memberikan hasil gambar dengan kualitas tinggi,
pemanfaatan eksposur fotografi dikombinasikan dengan resolusi yang
sangat tinggi untuk mendapatkan detail yang sangat baik. Imagesetter
mengarahkan cahaya keatas film, yang akan digunakan untuk menyinarkan
cahaya ke atas pelat cetakan. Gambar sekarang sudah berpindah ke atas
pelat yang sudah ditintakan dan gambar inilah yang akan dipindahkan
keatas kertas atau media cetak lainnya.
Online viewing adalah istilah aplikasi desain yang dibuat dengan
tampilan yang terlihat dilayar komputer adalah hasil akhir yang akan
dilihat oleh pemirsa desain contohnya, desain website atau multimedia
interaktif. Permasalahan yang kerap hadir dalam pengaplikasian online
viewing adalah keterbatasan resolusi yang dimiliki oleh layar monitor
komputer yaitu 72 ppi untuk Macintosh dan 96 ppi untuk PC sehingga
memberikan efek yang tidak baik untuk penampilan-penampilan huruf dalam
ukuran kecil, oleh karena itu banyak desain-desain website yang
menggunakan huruf dengan ukuran besar untuk aplikasi text dan ini sangat
mengganggu untuk kenyamanan komposisi layout, dan juga permasalahan
online viewing yang berhubungan dengan resolusi belum terpecahkan. Untuk
mengatasi permasalahan resolusi ini hadirlah sebuah teknik yang
dinamakan Antialiasing.
Terkadang menggunakan font dengan ukuran kecil adalah satu-satunya
cara yang memungkinkan untuk mendisplay text dengan ukuran kolom yang
terbatas. Agar font tetap terlihat baik di ukuran kecil tanpa kehilangan
legibility nya, para pembuat software membuat teknik antialiasing,
teknik ini bekerja membandingkan garis vektor dengan grid bitmap dan
membaca bagian dari gambar atau huruf yang hilang atau terdistorsi, lalu
dengan kecanggihan teknologi, software memasukan pixel berbentuk
bayangan warna abu-abu yang bervariasi disekeliling bentuk huruf untuk
menciptakan ilusi mata bentuk stroke yang halus. Kekurangan dari teknik
antialiasing adalah teks dengan font berukuran kecil akan terlihat
kurang hitam akan tetapi kekurangan ini cukup terbayar dengan kehalusan
dan integritas atas bentuk huruf yang ditampilkan.
Teknologi Font
Jenis Font
Dengan pesatnya pekembangan teknologi dalam dunia percetakan
digital dan komunikasi digital, dunia teknologi font telah melakukan
langkah yang besar dengan bermunculannya desain-desain huruf yang
inovatif dan telah memperkaya dunia desain komunikasi visual.
Diperjalanan awal dari teknologi font digital, font didesain dengan
ukuran yang pasti seperti 9, 10, 12, 14, 18 dan 24 pt dengan menggunakan
standar bitmap layar komputer sehingga memiliki kelemahan ketika font
harus diperbesar atau diperkecil. Akan tetapi kini dengan kehadiran
teknologi vektor dan antialiasing teknologi font terus berkembang dengan
meninggalkan teknologi bitmap.
- Font Type 1 dan Postscript
Untuk mengatasi permasalahan pada font bitmap, Adobe membuat font
menggunakan Postscript page desription language. Font ini memiliki dua
bagian, satu set font bitmap berukuran pasti dan font berbasis
postscript yang akan memberikan informasi outline dari bentuk font
tersebut. Sistem operasi seperti Mac OS atau Windows menggunakan font
bitmap untuk menggambar font di layar, dan untuk ukuran bitmap yang
diperbesar atau diperkecil sistem akan menggunakan ukuran terdekat untuk
menyesuaikan bentuk. Dan untuk keperluan cetak-mencetak font dengan
basis postscript akan digunakan dan di download ke printer. Dengan
menggunakan metode Bezier Curves dengan minimum pemakaian empat buah
titik untuk menghasilkan sebuah garis lengkung yang terdiri dari dua
titik akhir dan dua titik kontrol. Outline dari postscript ini dapat
diperbesar dan diperkecil tanpa batas dan menjaga bentuk huruf tetap
baik. Ketika printer telah menerima informasi outline vektor yang telah
diskalakan, makan betuk itu akan disi oleh pixel dan menciptakan sebuah
gambar bitmap dengan resolusi tinggi. Proses ini dinamakan rasterization
(dari bahasa Jerman “raster” yang berarti layar). Adobe membuat ATM
(Adobe Type Manager) untuk mengatasi permasalahan online viewing pada
font, sehingga font bitmap tidak lagi dgunakan dan lebih menggunakan
informasi outline dari font postscript untuk menciptakan bentuk huruf
bitmap yang sesuai dengan resolusi layar komputer, untuk semua ukuran
font. Walaupun demikian di sistem Mac OS, ATM tetap memerlukan satu file
font bitmap yang di install agar nama font bisa terbaca di menu font.
Font Type 1 sekarang sudah menjadi standar dalam software digital
(ISO9541), dan di dunia, lebih dari 30000 font type 1 telah
didigitalisasi untuk keperluan typesetting.
Disamping dominasi dari dari font Type 1, Truetype ternyata lebih
populer, Truetype adalah font berbasis informasi outline juga dan format
vektor nya bisa di skala sesuai kebutuhan ukuran dengan akurasi yang
tinggi. Truetype menggunakan metoda Quadratic B-spline dengan menerapkan
titik-titk secara langsung pada garis dan bagian-bagian yang
dilengkungkan. Kurang lebih postscript dan truetype memiliki kapabilitas
yang hampir sama sebagai font berbasis outline atau scalable font.
Software standar dari truetype dibuat oleh Apple, akan tetapi kini juga
bisa digunakan oleh sistem operasi Windows. Kedua sistem tersebut
memiliki Truetype Rasterizer yang menyediakan informasi untuk
penggambaran di layar dan output cetak. Truetype di rancang sebagai file
tunggal (suitcase), yang di dalamnya sudah terdapat keluarga huruf
dalam bentuk plain, plain italic, bold dan bold italic membuat type font
ini lebih rapih dalam pendataan file dibandingkan Font Type 1.
Multiple Master adalah jenis font Type 1 yang dibuat khusus oleh
Adobe sehingga membedakan jenis sistem ini dengan sistem yang lain.
Keunikan dari Multiple Master Font adalah setiap character memiliki
lebih dari satu outline digital, sepasang outline merepresentasikan
titik akhir dari sebuah garis desain (design axis) dan font berbasis
Multiple Master mengandung informasi titik (axes) untuk berat, style
ataupun penglihatan optis dan semua terdapat dalam satu paket. Kelebihan
dari Multiple Master Font adalah fleksibilitas bentuk huruf untuk di
kostumisasi tanpa distorsi bentuk ketika di perbesar atau diperkecil.
File dari Multiple Master Font lebih besar dibandingkan dengan yang
lainnya, juga dengan penamaan font sangat kompleks dan susah untuk di
atur. Multiple Master Font di identifikasikan dengan MM ditambah nama
pendek dari huruf tersebut contohnya ITCAvaGarMM. Dan biasanya diikuti
oleh dua huruf dari informasi titik (axes) seperti BD untuk Bold, XL
untuk Light, NO untuk Normal, CN untuk Condensed, dan OP untuk Optikal.
Nominal angka untuk merepresentasikan nilai axis. Dan jika kita membuat
Multiple Master Font axis ini akan muncul dalam huruf kecil.
Unicode adalah standard baru untuk menjabarkan characters set dalam
sebuah sistem, bekerja mirip dengan ASCII (American Standard Code for
Information Interchange). Biasanya dalam ASCII terdapat 200 set
characters, tetapi dalam Unicode bisa terdapat 65000 jenis characters
sehingga Unicode sering digunakan dalam informasi digital multi bahasa.
Unicode bukan lah sebuah font encoder (pembaca sandi-sandi font) tetapi
hanya sebuah standar dimana informasi glyph (outline bentuk sebuah font)
sebuah font tersimpan.
- Opentype dan Truetype Open
Format font yang terbaru adalah jenis font OpenType dan TrueType
Open yang dibuat oleh dua perusahaan software raksasa yaitu Microsoft
dan Adobe. Kelebihan dari format ini adalah tidak adanya perbedaan
format dan kapabilitas yang tinggi untuk pertukaran basis sistem. Dan
juga Opentype dan TrueTYpe didesain sebagai single file sehingga
memudahkan dalam pendataan font. Stimulus dari pembuatan format ini
adalah standar Unicode yang memungkinkan sebuah font mengandung 65000
jenis characters. Termasuk expert character set seperti ligatures,
smallcaps, extra accent, pecahan dan characters spesial lainnya.
Worldtype adalah format font yang dibuat oleh perusahaan font AGFA
Monotype, format ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan dari standar
Unicode.
Memilih Format Font
Tidak ada alasan yang bisa mendasari kita harus menggunakan
Truetype atau Type 1 secara khusus, karena tidak ada masalah jika kita
menggunakan kedua-duanya dalam satu sistem akan tetapi ada beberapa hal
yang harus diperhatikan ketika kedua jenis font ini disatukan yaitu
ketika kita memasukkan nama font yang sama untuk kedua jenis font karena
hal ini akan membingungkan kita untuk memilih nama dan membingungkan
printer untuk memilih postscript yang mana yang akan digunakan.
Software Pembuat Font
Berikut beberapa software yang banyak digunakan untuk pembuatan dan mengaktifkan font (font generating).
software ini adalah pembuat font bitmap, Fonmaker akan membuat
outline yang ada menjadi bitmap dan bisa mengubah format Truetype atau
Type 1 menjadi FON, FNT, BDF, SFL, or SFP.
Font Creator adalah generator font khusus untuk PC, software ini
mempunyai Trace Tool untuk mem vector kan dari hasil scanner sehingga
kita bisa menciptakan font handwriting kita sendiri.
FontLab adalah salah satu software yang banyak digunakan oleh
perusahaan-perusahaan huruf, FontLab digunakan untuk menggambar huruf
atau juga mengedit huruf yang sudah ada. Fontlab terbaru dirancang
sesuai dengan standard Unicode 4.1 yaitu standar terkini dalam
men-encode font. Software ini bisa memproduksi font dalam format-format
profesional seperti Truetype, Type1, Multiple Master dan Open Type untuk
sistem Windows ataupun Macintosh.
Fontographer adalah software yang didesain untuk pemula atau
profesional untuk mendesain dan mengaktifkan font. Kemampuan software
ini kurang lebih sama dengan Fontlab seri terbaru karena Fontographer
4.7 yang terbaru sudah terintegrasi dengan FontLab. Penulis menggunakan
Macromedia Fontographer 4.1 untuk mengaktifkan dan mengatur sistem font
yang dibuat.
Hak Cipta Font
Pembajakan font adalah hal yang biasa, permasalahan ini sama saja
dengan pembajakan-pembajakan lainnya yang ada di dunia ini dari software
hingga merk baju. Sudah banyak kasus yang diajukan oleh pemilik dan
pendesain font karena penggunaan ilegal font yang sudah mereka buat,
akan tetapi permasalahan ini kembali menjadi permasalahan etika, sikap
dan moralitas. Untuk font yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan font
profesional, pembelian dan penggunaan font didasari oleh lisensi yang
didapat ketika font di beli oleh pengguna font. Dan lisensi ini memiliki
aturan yang membatasi penggunaan font tersebut untuk penggunaan disatu
lingkungan kerja saja. Dan hal ini berlaku juga ketika font dibawa ke
tempat percetakan dimana tempat percetakan tersebut tidak memiliki font
tersebut kita tidak bisa mentransfer font tersebut ke dalam komputer di
tempat percetakan. Hal ini berjalan di atas hukum moralitas dan etika
ketika tidak ada pengawasan yang mendalam sehingga pembajakan bisa terus
ada. Perumpamaan yang terdapat di dalam [www.typeright.org] yaitu,
seseorang membeli barang asli maka akan terlihat kualitas dan jaminan
yang baik dibandingkan dengan barang yang sama dengan merek yang lain.
Orisinalitas kembali menjadi bahan pertimbangan bagi sesuatu untuk
dipakai, orang akan lebih menghargai sesuatu yang orisinal karena
terdapat usaha-usaha yang lebih untuk menghadirkan karya tersebut hadir
dan berguna untuk kita semua.